Pandangan FKTI dan FORKI
FORKI itu wadah resmi pembinaan PRESTASI karate di Indonesia yang dibina oleh KONI which means oleh PEMERINTAH INDONESIA juga yang diberi kepercayaan mewakili Indonesia pada Event Internasional. Hanya saja.. dalam afiliasinya FORKI mengarah ke WKF (daripada ITKF). Di WKF lebih mengarah ke SPORT daripada BUDO.
Kenapa kyokushin masuk anggota FORKI? pada saat itu lembaga perguruan karate wajib masuk FORKI. Namun sejak dikeluarkan AD ART FORKI terbaru (saya lupa tahun berapa). karena pada awalnya setiap orang bisa bikin perguruan karate dengan mudah dan semakin banyaknya perguruan karate anggota forki (hingga saat ini ada 26 perguruan) maka dikeluarkan AD ART yang menutup pendaftaran PERGURUAN BARU lainnya.
Saya tidak bisa bicara banyak mengenai konflik internal INKAI-FORKI dan INKAI-ITKF. Yang pasti.. karena FKTI baru dibentuk, mereka tidak bisa masuk ke FORKI (karena menyalahi AD ART) dan tidak bisa berpartisipasi dalam event FORKI yang sistim WKF. Denger” untuk mengatasi hal tersebut. INKAI-ITKF ada yang melebur ke perguruan AMURA sehingga dapat berpartisipasi kembali dalam event FORKI.
Jika anda ingin belajar Karate secara Basic dan Budo seperti dari Jepang, dan teknik-teknik yang luas. Maka lebih baik ikut FKTI.
Namun jika ingin berprestasi dalam olahraga (sport) baik nasional maupun internasional, lebih baik ikut INKAI-FORKI.
sekian saja terimakasih..
mudah”an membantu
diambil dari tread KASKUS http://www.kaskus.us/showthread.php?p=62610733
Prinsip Psikologis Karate
Prinsip Psikologis Karate
Sejak karate melibatkan kontak langsung antara dua orang atau lebih, faktor psikologis memainkan sebuah peranan penting. Dalam banyak hal, mereka dengan kekuatan psikologis yang lebih baik mampu menang sekalipun kalah secara fisik. Meskipun kondisi kejiwaan ini datang secara alamiah, namun kemudian menjadi hal penting dalam latihan karate. Contohnya akan dijelaskan dibawah ini, yang mana merupakan konsep lama dari masa lalu namun menawarkan pendekatan yang lebih luas. Mizu no Kokoro (pikiran layaknya air)Istilah ini, bersama dengan istilah yang berikutnya, sebelumnya digunakan oleh para master karate sebagai penekanan dalam metode mengajar. Keduanya mengarah pada sikap mental yang dibutuhkan saat menghadapi lawan yang sebenarnya. Mizu no Kokoro berhubungan dengan pentingnya berpikir tenang, seperti permukaan air yang tenang.
Untuk memahami ungkapan ini lebih jauh, pikirkan bahwa air yang tenang mampu memantulkan semua bayangan benda dalam jangkauannya secara utuh. Dan jika pikiran selalu dalam kondisi seperti ini, maka pemahaman pada kemampuan lawan (baik fisik dan psikologisnya) akan terjadi dengan akurat dan segera. Dan begitu pula dengan respon bertahan dan menyerang akan terarah dan akurat.
Sebaliknya, jika permukaan air itu terganggu maka bayangan benda juga akan kabur. Secara analogi, jika pikiran dipenuhi dengan keinginan untuk menyerang dan bertahan, maka tidak mampu membaca keinginan lawan. Akhirnya justru menciptakan sebuah peluang bagi lawan untuk menyerang.
Tsuki no Kokoro (pikiran layaknya bulan)
Konsep ini berarti pentingnya kesadaran total kepada lawan berikut gerakannya, mirip cahaya bulan yang menerangi semua benda dalam jangkauannya. Dengan mengembangkan kemampuan ini sepenuhnya, kesadaran kita akan selalu waspada saat pertahanan lawan terbuka.
Awan yang menutupi cahaya bulan serupa dengan rasa gugup atau gangguan untuk memahami gerakan lawan yang benar. Dan hal itu berarti mustahil menemukan sebuah celah untuk melancarkan teknik yang sesuai.
Pikiran dan Keinginan yang Menyatu
Dalam menggunakan analogi moderen, jika pikiran dibandingkan dengan speaker telepon, maka keinginan sama dengan arus listrik. Tidak masalah sesensitif apapun speakernya, jika tidak ada arus listrik, maka komunikasi tidak mungkin terjadi.
Sama saja, sekalipun kau memahami gerakan lawan dengan benar, dan sadar akan sebuah serangan, namun tidak ada keinginan untuk bertindak maka tidak akan ada teknik efektif yang muncul. Pikiran dapat menangkap munculnya serangan, namun keinginan harus diaktifkan untuk melancarkan teknik yang dibutuhkan (Fokushotokan).
SEJARAH WADOKAI
Atas jasa-jasa beliau dalam mempopulerkan Karate dan Jujutsu, Hironori Otsuka diberi penghargaan oleh Kaisar Jepang pada tahun 1970-an, dan sebelum wafatnya pada tahun 1982, beliau dianugerahi gelar “Meijin Judan” (manusia bijaksana, DAN-10) oleh keluarga kaisar. Sepeninggal beliau, organisasi Wado-ryu terpecah menjadi tiga yaitu Wado-ryu Renmei yang dipimpin oleh Jiro Otsuka, Wado Kokusai Renmei yang dipimpin oleh Tatsuo Suzuki, dan JKF-Wadokai yang dipimpin oleh alm. Eichi Eriguchi.
Wado-ryu selain dikenal sebuah aliran karate juga dikenal sebagai aliran jujitsu, karena didalam syllabus Wado-ryu juga diajarkan jujitsu dari aliran Shindo Yoshin-ryu seperti disebutkan diatas. Ciri khas Wado-ryu adalah memiliki KATA berpasangan seperti yang dimiliki oleh jujutsu, untuk melengkapi KATA sendirian seperti yang lazim dimiliki oleh sebuah aliran karate.
Adapun KATA yang dimainkan didalam aliran Wado-ryu adalah: Pinan 1-5, Naihanchi, Seishan, Chinto, Kushanku, Bassai, Rohai, Niseishi, Jion, Jitte. Ada juga beberapa versi Wado dari Kata Gojushiho, Matsumura Rohai, Suparimpei dan Unsu, namun belum secara resmi diterima oleh semua perguruan Wado. Sedangkan KATA berpasangan yang diadopsi dari Jujutsu adalah: Idori no Kata, Gyakunage no Kata, Fujin Goshinjutsu, Yakusoku Kihon Kumitegata, Tantodori dan Shinken Shirahadori. Beberapa perguruan Wado juga menerapkan Ohyo Kumite dan Goshin Jutsu Ohyo, yaitu aplikasi dan variasi teknik-teknik Wado-ryu Karate dan Jujutsu untuk situasi beladiri.
Beberapa Karateka hasil bimbingan WADOKAI telah menyumbangkan prestasinya untuk bangsa Indonesia, antara lain Tommy Firman juara WUKO dan Hasan Basri juara Asian Games.
Falsafah Karate
Rakka (Bunga yang berguguran)
Ia adalah konsep bela diri atau pertahanan di dalam karate. Ia bermaksud setiap teknik pertahanan itu perlu dilakukan dengan bertenaga dan mantap agar dengan menggunakan satu teknik pun sudah cukup untuk membela diri sehingga diumpamakan jika teknik itu dilakukan ke atas pokok, maka semua bunga dari pokok tersebut akan jatuh berguguran. Contohnya jika ada orang menyerang dengan menumbuk muka, si pengamal karate boleh menggunakan teknik menangkis atas. Sekiranya tangkisan atas itu cukup kuat dan mantap, ia boleh mematahkan tangan yang menumbuk itu. Dengan itu tidak perlu lagi membuat serangan susulan pun sudah cukup untuk membela diri.
Mizu No Kokoro (Minda itu seperti air)
Konsep ini bermaksud bahwa untuk tujuan bela diri, minda (pikiran) perlulah dijaga dan dilatih agar selalu tenang. Apabila minda tenang, maka mudah untuk pengamal bela diri untuk mengelak atau menangkis serangan. Minda itu seumpama air di danau. Bila bulan mengambang, kita akan dapat melihat bayangan bulan dengan terang di danau yang tenang. Sekiranya dilontar batu kecil ke danautersebut, bayangan bulan di danau itu akan kabur.